Feeds:
Pos
Komentar

Archive for the ‘TEORI EKONOMI 2’ Category

Nama & NPM : Dewi Mayasari                      (21210907)

Laila Mardianti K.S.             (23210953)

Kelas                :  SMAK 04

Referensi         :

  • Jurnal Entrepreneurship in Innovation, Phenomena Growth of Enterprises and Industrial Organisations In Nigeria

By : Eshiobo Sam Shola (B.Sc.ed (Econ), M.Sc (Econ), Fce)

  • Competitive Advantage via Synergy in Processes and Operations: The International Joint Ventures Way-2008

By : Dileep Singh and Dr. Geetika

Proposal Riset

 

Judul

Inovasi Kewirausahaan dan Kerjasama Antarperusahaan(Join Venture) Guna Meningkatkan Keunggulan Komparatif.

Latar Belakang

Kurangnya pemanfaatan sumber daya seperti tanah, tenaga kerja, dan modal yang dialami oleh suatu negara mendorong masyarakatnya melakukan beberapa inovasi untuk memberdayakan sumber daya yang terbengkalai itu. Kewirausahaan yang digerakan oleh para pengusaha(wiraswasta) menjadi inovasi untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi di negara tersebut yaitu dengan memberdayakan sumberdaya yang masih belum termanfaatkan itu. Inovasi menjadi sangat penting karena inovasi menjadi dasar pembangunan ekonomi dalam rangka meningkatkan produktivitas marjinal dari faktor-faktor produksi dengan melibatkan inovasi, pengembangan, pengakuan, kesempatan merebut, dan kesempatan untuk merealisasikan ide-ide berharga.

Adanya inovasi memungkinkan pengusaha memperkenalkan teknik produksi baru, komoditas baru, membuka pasar baru, mengeksplorasi sumber baru, bahan baku, dan desain baru, atau memperbaiki teknik manajemen yang sudah ada. Pengembangan inovatif menjadi cara memperkenalkan atau menamkan inovasi diantara para pengusaha untuk mengembangkan dan atau membentuk bisnis baru(misal: joint venture). Pengusaha harus terus berusaha mancari ide-ide baru yang kompetitif dan inovatif namun tetap relevan dalam bisnis dan menjaga sumber modal agar tidak mempunyai hutang yang besar kepada siapapun untuk memulai usaha atau mengembangkan usaha. Pengusaha juga harus dapat memanfaatkan kekuatan, maupun kelemahan, peluang, dan ancaman dilingkungan untuk bertahan hidup dari kompetisi.

Keterbatasan modal menjadi masalah utama bagi pengusaha untuk mengembangkan usahnya. Untuk masalah permodalan, supaya perusahaan tidak berhutang banyak kepada pihak eksternal, maka perusahaan akan mengadakan join venture.  Adanya joint venture menjadi salah satu cara untuk mendapatkan modal tambahan dan mereka(perusahaan yang bergabung) dapat bersama-sama mengelola usahanya supaya mendapatkan keuntungan lebih.  Joint venture membuka peluang bagi perusahaan masuk ke pasar yang baru, perluasan pasar yang ada, integrasi vertikal, integrasi horizontal, diversifikasi, dll. sehingga perusahaan dapat memperoleh pembelajaran demi langkah maju pertumbuhan dan ekspansi usahanya. Jika usaha itu beroperasi secara signifikan pada lebih dari satu negara, maka usaha tersebut tergolong bisnis internasional.  Suatu bisnis internasional terikat oleh sebuah IJV(International Joint Venture). IJV dapat didefinisikan sebagai kerjasama antarperusahaan lintas negara(internasional) yang menghasilkan nilai ekonomi dalam jangka waktu tertentu untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah didefinisikan.

Perusahaan joint venture yang sukses dimulai dari rencana rinci, dirancang, dan memiliki perjanjian hukum yang komprehensif. Kombinasi dari hukum(perjanjian joint venture) dan teknis pelaksanaan. IJV menawarkan keuntungan bagi perusahaan yang tergabung ke dalamnya atau aliansi. Transfer teknologi merupakan masalah sensitif dan sulit yang dihadapi manajemen perusahaan. Untuk mengatasi masalah tersebut, kemungkinan perusahaan akan bergabung dengan perusahaan lain untuk menciptakan usaha baru hal ini juga dilakukan dalam rangka menutup kebutuhan modal. IJV menciptakan keuntungan bagi kedua pemain dan sinergi yang tercipta mengarahkan perusahaan menuju pada spesifikasi dan spesialisasi sehingga perusahaaan memiliki keungggulan kompetitif dan komparatif. Diharapkan dengan adanya IJV akan ada sinergi antarperusahaan sehingga mereka dapat mengembangkan pangsa pasarnya.

Permasalahan

Kurangnya pemberdayaan dan perhatian terhadap sumber daya yang ada dapat memicu pemborosan anggaran belanja dalam negeri. Pemerintah dan pengusaha harusnya lebih memperhatikan sumber daya yang belum termanfaatkan sehingga lebih bisa dimanfaatkan dan menghasilkan dana untuk membangun/meningkatkan kualitas perekonomian suatu negara. Salah satu cara untuk mendukung pemanfaatan sumber daya adalah dengan membina para wirausaha sehingga kewirausahaan berkembang. Kewirausahaan sangat penting dalam menciptakan inovasi dalam produksi yang dapat mengkoordinasi factor-faktor(sumber daya) yang belum termanfaatkan. Pengusaha berperan penting dalam mengkoordinasi keseluruhan sumber daya untuk dapat diolah agar menghasilkan produk yang lebih bermanfaat. Pengusaha dapat menggunakan sumber daya untuk memproduksi barang-barang yang dapat diperjual belikan. Inovasi dalam suatu produksi diperlukan dalam rangka tercapainya efisiensi produksi bahkan jika dimungkinkan, inovasi tersebut dapat mengurangi biaya produksi sehingga meningkatkan profit yang diperoleh.

Tidak jarang keterbatasan finansial/modal menjadi hambatan bagi para pengusaha dalam berinovasi dan berkarya. Untuk itu, perusahaan mengadakan kerjasama (Joint Venture) dengan begitu perusahaan joint venture akan bekerjasama dalam mengelola finansial dan sumber daya yang terbengkalai. Perusahaan joint venture adalah perusahaan yang melibatkan dua atau lebih perusahaan induk, dimana masing – masing perusahaan memainkan peran investasi di perusahaan gabungannya. Joint venture adalah perjanjian yang bernilai dalam jangka waktu tertentu antara kedua belah pihak dimana kewajiban masing-masing anggota biasanya disajikan dalam dokumen tertulis. Sementara entitas dan pemanfaatan sumber daya secara efektif bersama mitra dapat menciptakan nilai dan mencapai tujuan yang sama. Sebuah perusahaan joint venture tergolong joint venture internasional (IJV) jika setidaknya ada satu mitra yang berkantor pusat di luar negara operasi  untuk menghasilkan nilai ekonomu dalam jangka waktu tertentu untuk mencapai tujuan yang telah didefinisikan.

 

Tujuan

Riset ini bertujuan untuk membuktikan peranan kegiatan kewirausahaan yang didukung dengan inovasi-inovasi dan kerjasama dengan mitra kerjanya dapat meningkatkan keuntungan(profit) perusahaan bersama dan menciptakan keunggulan komparatif perusahaan join venture serta dapat membantu pertumbuhan ekonomi di suatu negara. Keunggulan komparatif akan tercipta dari proses sinergi operasi dan penggabungan sumber daya komplementer setiap perusahaan yang memiliki keunggulan komparatif.

 

Review Riset Terdahulu

Pada awalnya penelitian tentang kewirausahaan melalui inisiatif hanya mencoba untuk  membangun kepercayaan bisnis dan sikap positif, kebanggaan dalam keberhasilan, dukungan dan dorongan dari ide-ide baru, tanggung jawab sosial, memberikan dukungan(inovasi) teknologi, menjalin hubungan antarperusahaan dan promosi tetapi masih belum menemui titik terang dalam mencapai keuntungan yang maksimal. Percepatan pertumbuhan usaha dapat dilakukan melalui beberapa cara, diantaranya : perluasan pasar yang ada dan masuk ke pangsa pasar baru namun terhambat karena kurangnya tenaga ahli di dalam negeri sehingga perlu adanya pengembangan program baru dan kerjasama dalam mengingkatkan keuntungan yang di dapat.

Metodologi

Analisis yang dilakukan dalam penelitian menggunakan data sekunder, dimana analisis ditarik dari hasil penelitian lain yang sudah pernah dilakukan sebelumnya. Dengan menggunakan model penelitian deskriptif untuk menggambarkan bagaimana perkembangan dan pertumbuhan usaha karena adanya inovasi dan kerjasama dengan mitra lain(join venture).

Read Full Post »

ENTREPRENEURSHIP IN INNOVATION, PHENOMENA GROWTH OF ENTERPRISES AND INDUSTRIAL ORGANISATIONS IN NIGERIA

Masih kurangnya penggunaan sumber daya seperti tanah, tenaga kerja, dan modal di negara Nigeria membuat masyarakatnya melakukan beberapa inovasi untuk memberdayakan sumberdaya yang terbengkalai itu. Factor kewirausahaan yang digerakan oleh para pengusaha ternyata dapat berinovasi untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dari sumberdaya yang terbengkalai itu. Meningkatnya kegiatan kewirausahaan disebabkan karena tingkat pengangguran, sector jasa tumbuh, pernurunan control regulasi yang meningkat. Pentingnya inovasi ini merupakan dasar pembangunan ekonomi demi meningkatkan produktivitas marjinal dari factor-faktor produksi karena melibatkan inovasi, pengembangan, pengakuan, kesempatan merebut dan kesempatan untuk mengubah ide-ide berharga.

Melalui inovasi, perngusaha memperkenalkan teknik produksi baru, komoditas baru, memperbaiki yang sudah ada, membuka pasar baru, mengeksplorasi sumber baru bahan baku dan desain baru teknik manajemen. Pengembangan inovatif sebagai cara memperkenalkan atau menamkan inovatif didalam pengusaha untuk mengembangkan dan pembentukan bisnis baru. Pengusaha harus terus-menerus mancari ide-ide baru yang kompertitif dan inovatif untuk tetap relevan dalam bisnis dan tidak mempunyai hutang yang besar kepada siapapun untuk memulai usaha atau mengembangkat usaha. Pengusaha juga harus dapat memanfaatkan kekuatan, maupun kelemahan, peluang dan ancaman dilingkungan untuk bertahan hidup dari kompetisi.

Pembangunan ekonomi menjadi sumber utama dari pertumbuhan ekonomi dan industrialisasi yaitu produk dari kemajuan teknis dan investasi. Kemajuan teknis atau pertumbuhan modal disisi lain terlihat menjadi fungsi dan hasil usaha kewirausahaan. Sumber atau agen pertumbuhan ekonomi adalah pengusaha yang harus dikembangkan dan didukung oleh permerintah untuk secara efektif menjalankan tugasnya. Dengan begitu individu dan kelompok yang berkepentingan terangsang sehingga bertualang di bidang pertambangan, perbankan, industry pengetahuan, pendidikan, teknologi informasi. Beberapa kebijakan dan kegiatan yang dibuat pemerintah merupakn upaya mendorong pengembangan kewirausahaan.

Kualitas kinerja pengusaha akan  menentukan apakah modal akan tumbuh secara cepat atau lambat dan apakah pertumbuhan melibatkan inovasi produk baru dan teknik produksi yang dikembangkan. Pengembangan dan pemanfaatan keterampilan teknis dan komersial menciptakan potensi pertumbuhan mikro, pengusaha skala kecil dan menengah. Kemajuan teknis dasarnya menghasilkan peningkatan produksi, tenaga kerja, ekspor, dan stimulasi atas pertumbuhan PDB.

Namun, pengusaha Nigeria masih belum siap dalam menghadapi masalah dan tantangan dalam perjuangan mereka untuk inovasi dan kemajuan teknis. Tapi itu dapat diatasi dan dapat bejalan dengan baik jika adanya kerjasama yang baik antara pemerintah dan pengusaha tentunya. Misalnya pemerintah perlu menjamin dan menghapuskan hambatan yang akan ditemui para pengusaha ketika ingin meminjam sejumlah uang dari bank yang dijadikan modal agar bisnis yang mereka jalankan tidak mati sehingga mereka tetap melakukan inovasi-inovasi baru.

Read Full Post »

Nama & NPM : Dewi Mayasari                      (21210907)

Laila Mardianti K.S.               (23210953)

Kelas               : SMAK 04

RANGKUMAN JURNAL

“Competitive Advantage via Synergy in processes and operations:

The International Joint Ventures Way”

Dileep Singh – Dr. Geetika

2008

            Beberapa perusahan pernah mengalami masalah keterbatasan finansial(modal) dan sumber daya manajerial. Oleh karena itu, dalam rangka menanggulangi permasalahan tersebut, perusahaan mengadakan aliansi(joint venture). Dengan adanya joint venture, perusahaan-perusahaan induk yang terikat dalam joint venture akan membuka usaha baru bersama dan mereka bersama–sama mengelola finansial(modal) dan sumber daya manajerialnya. Biasanya manajer yang mengelola perusahaan joint venture akan dilatih khusus untuk mengawasi jaringan perusahaan. Perusahaan joint venture adalah perusahaan yang melibatkan dua atau lebih perusahaan induk, dimana masing – masing perusahaan memainkan peran investasi di perusahaan gabungannya. Joint Venture adalah perjanjian aliansi komersial untuk jangka waktu tertentu antara dua pihak atau lebih dimana hak dan kewajiban masing – masing anggota biasanya disajikan dalam dokumen tertulis.

Joint venture membuka peluang untuk perusahaan masuk ke pasar yang baru, perluasan pasar yang ada, integrasi vertikal, integrasi horizontal, diversifikasi, dll. sehingga perusahaan dapat memperoleh pembelajaran demi langkah maju pertumbuhan dan ekspansi usahanya. Sebuah perusahaan joint venture tergolong joint venture internasional(IJV) jika setidaknya  ada satu mitra yang berkantor pusat di luar negara operasi atau jika usaha itu beroperasi secara signifikan pada lebih dari satu negara. Oleh karena itu, sebuah IJV dapat didefinisikan sebagai kerjasama antarperusahaan lintas negara(internasional) yang menghasilkan nilai ekonomi dalam jangka waktu tertentu untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah didefinisikan. Jurnal ini berusaha memaparkan tentang keunggulan kompetitif yang tercipta melalui sinergi, sinergi tercipta dari proses operasi; penggabungan sumber daya komplementer setiap perusahaan yang memiliki keunggulan komparatif.

Jurnal ini menceritakan salah satu contoh IJV(International Joint Venture), yaitu joint venture antara Tata Motors(India) dan Fiat(Italia) demi menciptakan sinergi operasional. Tata mempelajari teknik modern untuk mendukung rencana pertumbuhan perusahaannya, sedangkan Fiat(Italia) berusaha untuk mengembangkan pangsa pasarnya di pasar mobil India.

Kedua perusahaan ini saling belajar sehingga terbentuk sinergi yang berawal dari IJV :

  • Industri mobil India yang melakukan IJV, yaitu Tata dengan Fiat(Itali) atau Maruti(India) dengan Suzuki(Jepang), kedua perusahaan akan menggunakan input yang sama jika mereka beroperasi secara independen. IJV menciptakan skala ekonomi dan economies of scope.
  • Proses produksi umum: teknologi dasar, pemrograman, penjadwalan, dan proses lainnya sama, namun jika India ingin: menyewa jasa negara lain untuk mengembangkan teknologi merupakan suatu pemborosan dalam biaya, sumber daya, dan waktu; membeli teknologi membutuhkan modal tambahan dan biaya perawatan mesin; berkolaborasi dengan Negara lain, hal ini lebih efisien karena perusahaan akan berbagi manfaat juga risiko. Oleh karena itu, pilihan ketiga yang paling cocok.
  • Distribusi umum & proses penjualan: Perusahaan asing mendapat pengetahuan tentang pasar lokal. Meningkatkan daya saing antara perusahaan asing dan lokal sehingga tercipta.keunggulan komparatif. IJV menghasilkan skala ekonomi karena perampingan organisasi & pengurangan duplikasi pekerjaan. Sinergi ini menciptakan keunggulan kompetitif untuk IJV. Efektivitas biaya dan diversifikasi risiko menghalangi pesaing lainnya untuk memasuki pasar sehingga IJV menjadi pemain yang dominan. Dalam basis pelanggan, IJV meningkatkan pasar tenaga kerja dan produksi sehingga mempercepat pertumbuhan ekonomi local.

Perusahaan joint venture yang sukses dimulai dari rencana rinci, dirancang, dan memiliki perjanjian hukum yang komprehensif. Kombinasi dari hukum(perjanjian joint venture) dan teknis pelaksanaan menawarkan keuntungan bagi perusahaan yang tergabung ke dalamnya atau aliansi. Transfer teknologi merupakan masalah sensitif dan sulit yang dihadapi manajemen perusahaan. Untuk mengatasi masalah tersebut, kemungkinan perusahaan akan bergabung dengan perusahaan lain untuk menciptakan usaha baru dalam rangka menutup kebutuhan modal. IJV menciptakan keuntungan bagi kedua pemain dan sinergi yang tercipta mengarahkan perusahaan menuju pada spesifikasi dan spesialisasi sehingga perusahaaan memiliki keungggulan kompetitif dan komparatif. Diharapkan dengan adanya IJV maka akan ada sinergi antarperusahaan sehingga mereka dapat mengembangkan pangsa pasarnya.

Read Full Post »

Analisis Jurnal

“Competitive Advantage via Synergy in processes and operations:

The International Joint Ventures Way”

Dileep Singh – Dr. Geetika

2008

Tema : Keunggulan kompetitif dari International Joint VentureIJV)

Latar Belakang Masalah :

  • Fenomena :

Masalah yang sering dihadapi perusahaan adalah keterbatasan finansial(modal) dan sumber daya manajerial. Untuk menanggulangi permasalahan tersebut, perusahaan mengadakan aliansi(joint venture) dengan begitu perusahaan joint venture akan bersama – sama mengelola finansial(modal) dan sumber daya manajerialnya, biasanya manajer dilatih khusus untuk mengawasi jaringan perusahaan. Perusahaan joint venture adalah perusahaan yang melibatkan dua atau lebih perusahaan induk, dimana masing – masing perusahaan memainkan peran investasi di perusahaan gabungannya. Joint Venture adalah perjanjian aliansi komersial untuk jangka waktu tertentu antara dua pihak atau lebih dimana hak dan kewajiban masing – masing anggota biasanya disajikan dalam dokumen tertulis. Hal ini tidak ada hukum tetapnya hanya saat bekerjasama syarat mitra telah ditetapkan dalam kontrak dasar sehingga ada cela untuk masalah hak paten, hak manajemen, hak kepemilikan, keuangan, dll. Joint Venture adalah aliansi sementara entitas dan pemanfaatan sumber daya secara efektif bersama mitra untuk menciptakan nilai dan mencapai tujuan yang sama.
Joint venture membuka peluang untuk perusahaan masuk ke pasar yang baru, perluasan pasar yang ada, integrasi vertikal, integrasi horizontal, diversifikasi, dll. sehingga perusahaan dapat memperoleh pembelajaran demi langkah maju pertumbuhan dan ekspansi usahanya. Sebuah perusahaan joint venture tergolong joint venture internasional(IJV) jika setidaknya  ada satu mitra yang berkantor pusat di luar negara operasi atau jika usaha itu beroperasi secara signifikan pada lebih dari satu negara. Oleh karena itu, sebuah IJV dapat didefinisikan sebagai kerjasama antarperusahaan lintas negara(internasional) yang menghasilkan nilai ekonomi dalam jangka waktu tertentu untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah didefinisikan.

  • Riset Terdahulu :
    1. Percepatan pertumbuhan. Hal ini dapat dicapai melalui perluasan pasar yang ada dan/atau masuk ke pangsa pasar baru (Eli Lilly, 1999; Gueth, Sims & Harrison 2001; Yan dan Gray 1994).
    2. Pertukaran keahlian. Alasan utama adanya International Joint Venture(IJV) adalah berbagi aset berwujud dan tidak berwujud (Yan dan Gray 1994).
    3. Diversifikasi risiko. Menciptakan portofolio yang resiko yang seimbang merupakan alat strategis organisasi yang tumbuh dengan cara diversifikasi (Beamish, 1993; Pisano, Bohmer & Edmondson, 2001).
  • Motivasi Penelitian : Terciptanya keunggulan kompetitif melalui sinergi, sinergi tercipta dari proses operasi; penggabungan sumber daya komplementer setiap perusahaan yang memiliki keunggulan komparatif.

Metodologi :

  • Data : data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder
  • Variabel : jumlah perusahaaan joint venture(India-foreign), perbandingan modal luar negeri dan modal dalam negeri(India) pada berbagai sektor usaha IJV(India-foreign).
  • Model Penelitian : analisis deskriptif dari berbagai sumber literature

Hasil dan Analisis :

Tata Motors dan Fiat mengadakan joint venture demi menciptakan sinergi operasional. Tata mempelajari teknik modern untuk mendukung rencana pertumbuhan perusahaannya, sedangkan Fiat untuk mengembangkan pangsa pasarnya di pasar mobil India.

Model ini menggambarkan proses belajar dan sinergi yang diciptakan oleh IJV :

  • Industri mobil India yang IJV antara Tata dan Fiat atau Maruti Suzuki, kedua perusahaan akan menggunakan input yang sama jika mereka beroperasi secara independen. IJV menciptakan skala ekonomi dan economies of scope.
  • Proses produksi umum: teknologi dasar, pemrograman, penjadwalan, dan proses lainnya sama, namun jika India ingin: menyewa jasa negara lain untuk mengembangkan teknologi merupakan suatu pemborosan dalam biaya, sumber daya, dan waktu; membeli teknologi membutuhkan modal tambahan dan biaya perawatan mesin; berkolaborasi dengan Negara lain, hal ini lebih efisien karena perusahaan akan berbagi manfaat juga risiko. Oleh karena itu, pilihan ketiga yang paling cocok.
  • Distribusi umum & proses penjualan: Perusahaan asing mendapat pengetahuan tentang pasar lokal. Meningkatkan daya saing antara perusahaan asing dan lokal sehingga tercipta.keunggulan komparatif. IJV menghasilkan skala ekonomi karena perampingan organisasi & pengurangan duplikasi pekerjaan. Sinergi ini menciptakan keunggulan kompetitif untuk IJV. Efektivitas biaya dan diversifikasi risiko menghalangi pesaing lainnya untuk memasuki pasar sehingga IJV menjadi pemain yang dominan. Dalam basis pelanggan, IJV meningkatkan pasar tenaga kerja dan produksi sehingga mempercepat pertumbuhan ekonomi local..

Simpulan dan Rekomendasi :

Perusahaan joint venture yang sukses dimulai dari rencana rinci, dirancang, dan memiliki perjanjian hukum yang komprehensif. Kombinasi dari hukum(perjanjian joint venture) dan teknis pelaksanaan menawarkan keuntungan bagi perusahaan yang tergabung ke dalamnya atau aliansi. Transfer teknologi merupakan masalah sensitif dan sulit yang dihadapi manajemen perusahaan. Untuk itu, kemungkinan perusahaan akan bergabung dengan perusahaan lain dalam usaha baru dalam rangka menutup kebutuhan modal. IJV menciptakan keuntungan bagi kedua pemain dan sinergi yang menuju pada spesifikasi. Disimpulkan bahwa teori ini masih tentatif dan belum diuji dalam kehidupan nyata untuk penerapannya.

Seharusnya teori tersebut diterapkan dalam dunia usaha sehingga diketahui kebenarannya dan diharapkan dengan adanya IJV maka aka nada sinergi antarperusahaan sehingga mereka dapatt mengembangkan pangsa pasarnya.

Read Full Post »

 Impact of Oil Price Subsidy Reduction Policy on Performance of

Wood Products Industry

Subsidi BBM dihitung berdasarkan selisih antara penjualan dalam negeri produk BBM dengan komponen biaya pokok pengadaan BBM. Komponen biaya pokok, yaitu:

(1) biaya pengadaan minyak mentah dan bahan baku lain,

(2) biaya pembelian produk BBM,

(3) biaya operasi pengadaan dan distribusi BBM,

(4) biaya operasional, dan

(5) faktor pengurang nilai produk BBM.

Kenaikan harga BBM dikhawatirkan mendorong lebih jauh penurunan kinerja industri hasil hutan kayu, khususnya dalam hal penawaran dan permintaannya.

Alasan :

Pertama, potensi kayu hutan alam telah menurun, hal ini telah menyebabkan biaya logging meningkat secara riil dari sebelumnya.

Kedua, dalam biaya pemanenan kayu, komponen BBM berkontribusi signifikan (sekitar 30%)

Dalam kondisi Permintaan konstan, pengurangan subsidi atau kenaikan harga BBM di industri kayu olahan hilir menggeser kurva penawaran kayu olahan hilir ke kiri maka harga keseimbangan kayu olahan hilir meningkat dan keseimbangan penawaran dan permintaan turun.

Dalam kondisi penawaran konstan, penurunan permintaannya menyebabkan harga kayu olahan hulu menurun dan keseimbangan permintaan dan penawarannya menurun.

Jadi, model industri hasil hutan kayu yang dibangun telah menangkap realitas yang menjadi perhatian dalam kinerja industri hasil hutan kayu dan dapat menjelaskan hubungan-hubungan ekonomi yang terbentuk sesuai dengan prediksi teori. Hasil ini  juga menunjukkan bahwa model yang dibangun dapat digunakan sebagai alat simulasi dan peramalan. Dengan model yang diperoleh, dampak kebijakan pengurangan subsidi harga BBM terhadap kinerja industri hasil hutan kayu dan kesejahteraan sosial dianalisis.

Secara umum, kenaikan harga BBM dengan adanya subsidi dari pemerintah cenderung inelastis, hal ini dikarenakan terbatasnya barang substitusi dan komplementer dari BBM tersebut. Selain itu, total revenue sangat dipengaruhi oleh subsidi dari pemerintah kepada perusahaan industri kayu tersebut.

THE IMPACT OF ADVERTISING ON CONSUMER PRICE SENSITIVITY IN EXPERIENCE GOODS MARKET

            Jurnal ini menjelaskan aktivitas pemasaran iklan TV dalam mempengaruhi sensitivitas harga konsumen yang dihadapi sebuah merk. Sensitivitas harga konsumen adalah kepekaan relatif dari harga dalam mempengaruhi keputusan pembelian dan kecenderungan untuk melakukan pencarian harga untuk menemukan harga yang lebih baik.

Penelitian ini dilakukan di Chicago dan Atlanta dengan menggunakan 18 merk pada pasta gigi, sikat gigi, deterjen dan saus kecap. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa iklan dapat menyebabkan suatu produk akan semakin dikenal oleh banyak orang. Selanjutnya, semakin banyak iklan atau aktivitas pemasaran yang dilakukan oleh seorang produsen maka secara otomatis hal tersebut akan meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap produk tersebut. Ketika tingkat kepercayaan konsumen meningkat maka terciptalah sebuah brand yang terkenal, sehingga masyarakat tidak lagi memperhitungkan tingkat harga pada produk tersebut. Hal inilah yang kemudian dimaksud dengan iklan yang dapat mengurangi sensitivitas harga konsumen.

Pada indikator ini sensitivitas harga ditentukan oleh seberapa banyak dan dalamnya informasi yang didapat konsumen mengenai harga dan kualitas yang ditawarkan berbagai produk sejenis yang akan dikonsumsi oleh konsumen. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, konsumen yang memiliki informasi harga dan kualitas yang lebih banyak akan menurunkan tingkat sensitivitas harga seorang konsumen , namun sebaliknya apabila konsumen yang tidak memiliki banyak informasi mengenai harga dan kualitas produk yang akan mereka konsumsi maka hal tersebut dapat   meningkatkan sensitivitas harga seorang konsumen.

Jika ditelaah lebih jauh, iklan dapat mempengaruhi tingkat permintaan suatu barang. Akan tetapi, pengaruh dari iklan tersebut sangat bergantung dari tampilan, kemenarikan, dan seberapa intens iklan tersebut. Dalam kasus ini, peneliti meneliti barang-barang yang elastis, sehingga iklan yang menguntungkan dan lebih berpengaruh pada elastisitas harga adalah iklan yang tidak menurunkan elastisitas permintaan. Hal ini terjadi karena ketika elastisitas harga suatu barang naik, maka permintaan barang tersebut akan turun karena terdapat barang-barang alternatif atau subtitusi lainnya. Sebagai tambahan, keadaan tersebut dapat menyebabkan produsen baru untuk masuk ke dalam pasar.

Kesimpulannya, iklan yang dapat menarik konsumen akan menurunkan sensitivitas harga. Titik kunci adalah bahwa iklan dapat mempengaruhi elastisitas harga permintaan untuk merk dalam dua cara berbeda secara fundamental. Pertama, iklan dapat mempengaruhi parameter dari fungsi permintaan konsumen individu sedemikian rupa untuk
membuat konsumen individu lebih atau kurang sensitive terhadap harga. Kedua, iklan dapat
mempengaruhi komposisi dari himpunan konsumen yang membeli merek. Jika iklanmenarik
Harga konsumen lebih sensitif ke set yang bersedia membayar untuk tertentu merek, ini akan meningkatkan elastisitas harga dari permintaan yang dihadapi merek.

Price and Income Elasticity of Residential Water Demand

                        Di tahun 2011 ada permasalahan mengenai elastisitas permintaan terhadap air di USA dan Eropa. Di sana mulai diterapkan tarif untuk pemakaian air di setiap perumahan. Ternyata ada kesenjangan yang cukup besar antara elastisitas harga dan elastisitas penghasilan karena bila digambarkan elastisitasnya mendekati 0. Nilai elastisitas yang mendekati 0 ini disebabkan oleh adanya pemakaian air yang tidak terkontrol di masyarakat sehingga ada ketidaksesuaian antara jumlah air yang dipasok dengan jumlah air yang dipakai. Akibatnya di USA diadakan penelitian untuk mengurangi kesenjangan di elastisitas tersebut. Metode yang digunakan antara lain metode increasing block rate tarif yang hasilnya adalah kebutuhan air menjadi lebih elastis dan elastisitas pendapatan menurun dan metode decreasing block rate tarif yang hasilnya berbanding terbalik dengan metode increasing block rate tarif. Namun dalam kenyataannya dari kedua metode ini kita tidak bisa menentukan mana yang akan menghasilkan elastisitas tertinggi karena hal ini bergantung pada kompleksitas masalah yang ada seperti kondisi geografis lingkungan, suhu, cuaca, dsb.

Estimating the Effect of Urban Density on Fuel Demand

Penelitian ini dilakukan dengan cross-sectional data dari 32 negara besar dari eropa, Canada, Asia, Australia dan Amerika. Jurnal ini menjelaskan tentang mengevaluasi bagaimana kepadatan jumlah penduduk di perkotaan  dapat mempengaruhi permintaan relatif untuk bahan bakar transportasi jalan, memberikan perkiraan elastisitas yang sensitif terhadap pola fasilitas umum. Bahan bakar konsumsi per kapita terhadap kepadatan perkotaan diperkirakan dalam rentang -0.33 sampai  -0.35. Kepadatan penduduk kota terhadap permintaan bahan bakar yaitu inelastic, fenomena di kota yang terjadi, karena banyaknya fasilitas yang disediakan oleh pemerintah maka jarak yang di tempuh penduduk di perkotaan relatif singkat. Pemakaian transportasi umum dapat menghemat pemakaian BBM sehingga dalam pemakaian BBM lebih efisiensi.

Harga BBM mempengaruhi permintaan bahan bakar sebagian besar melalui variasi dalam konsumsi bahan bakar per km dan jarak mengemudi bukan kepemilikan mobil. Hal ini dapat mencerminkan harga bahan bakar tidak mempengaruhi permintaan mobil.

Price Elasticity Dynamics Over The Product Life Cycle: A Study Of Consumer Durables

            Berdasarkan penelitian atas pekerjaan Parker (1992) yang hanya mempertimbangkan pembelian pertama, sedangkan Simon (1988) mempertimbangkan daya jual merk (sebagai faktor untuk menarik minat konsumen). Berdasarkan pengalaman yang ada, menunjukkan bahwa keseluruhan kategori harga penjualan bersifat elastis. Kematian pertama dalam nilai absolut, akhirnya nilai tersebut akan meningkat lagi jika produk tersebut menghadapi penurunan fase dari siklus hidup produk (karena barang subtitusi atau perubahan selera, dll). Model dasar dapat dengan mudah dimodifikasi untuk menghitung keseluruhan penjualan (pembelian pertama ditambah pengulangan pembelian). Jika tidak berubah, model dasar ini bisa digunakan dalam waktu 5-10 tahun dalam pemakaian tahan lama.

Berdasarkan pembelian pertama yang mendorong konsumen untuk melakukan pembelian kembali, menunjukkan bahwa hasil penelitian Simon tentang pentingnya daya jual merk, menjadi bukti empiris dari dinamika elastisitas barang tersebut. Contoh daftar barang sebagai berikut :

  1. Frezeers (-22,8)
  2. Kompor (-3,2)
  3. Kulkas (-2,3)
  4. Setrika uap (-2,2)
  5. Blender (-2,2)

Rata-rata tingkat elastisitas perabot rumah tangga -2,7. Dari kelima barang tersebut yang memiliki elastisitas tertinggi adalah Frezeer karena Frezeer tidak mempunyai barang subtitusi, sehingga mau tidak mau konsumen menggunakan Frezeers untuk membekukan bahan makanan.

Suatu produk pada umumnya mengalami tingkat inelastisitas tertinggi pada fase awal siklus hidup produk. Sedangkan produk tersebut mengalami elastisitas pada saat pembelian kembali pada fase puncak (maturity) di mana tingkat penjualan mencapai tingkat tertinggi. Setelah tahap maturity produk akan memasuki fase decline (penurunan). Pada fase ini, produsen perlu memperbaharui kembali produknya agar konsumen tidak mengalami kejenuhan. Sebab persaingan semakin ketat dan mencapai tingkat elastisitas tertinggi.

Economic Impact of Tourism and Globalization in Indonesia

            Dampak globalisasi menimbulkan dampak baik dan buruk. Dulu globalisasi dianggap memiliki efek buruk terhadap neraca perdagangan Indonesia. Dengan adanya perdagangan bebas / liberalisasi perdagangan maka, pemerintah membuat kebijakan dengan mengurangi tarif impor dan pengenaan pajak pada komoditas domestik. Dan ini berdampak pada sisi produksi, dengan penurunan harga domestik maka membuat para produsen lebih kompetitif dalam bersaing dengan pesaing yang ada di pasar. Sebenarnya ini merangsang produksi dalam negeri dan meningkatkan lapangan pekerjaan serta meningkatkan PDB. Dengan meningkatnya produksi dalam negeri maka menaikan pendapatan rumah tangga dan menciptakan lebih banyak permintaan dalam pasar domestic. Karena permintaan dalam negeri meningkat maka meningkatkan impor, tetapi ekspor menutun. Itu dikarenakan neraca pasar domestik lebih menguntungkan bagi produsen. Oleh karena itu neraca perdagangan memburuk.

Semakin berkurangnya pajak yang diterima oleh pemerintah juga semakin memperburuk kekurangannya. Dengan kurangnya pajak yang diterima pemerintah membuat pemerintah kurang mampu membiayai aggaran pengeluarannya tapi memiliki sisi positif pada kesejahteraan dalam negeri dan konsumsi rumah tangga meningkat. Untuk menyeimbangkan neraca perdagangan yang buruk itu, sektor pariwisata bisa menjadi solusinya. Seperti yang telah dijelaskan dijurnal bahwa kenaikan permintaan pariwisata asing akan membuat produksi yang lebih dan penyerapan tenaga kerja domestic meningkat.

Dengan adanya hubungan antara harga yang menurun, permintaan, dan income yang berjalan semakin tinggi didalam kasus ini maka dapat disimpulkan bahwa ini bersifat elastis. Untuk mencegah terjadinya inelastis maka pemerintah seharusnya membuat kebijakan untuk menaikan harga saja dan menurunkan tarif pajak.

Impact of Advertising on Price

Respon konsumen terhadap promosi mengidentikasikan bahwa keputusan konsumen terhadap merk dan banyaknya jumlah produk terhadap potongan harga yg ada pada produk tersebut. Lalu dari informasi tersebut akan menjadi bahan pertimbangan bagi produsen dalam menentukan strategi promosi dan periklanan. Salah satu strategi yang diperlukan adalah positoning yang tepat guna karena akan mengarahkan fungsi suatu iklan, sebab hal tersebut memiliki dampak terhadap sensitivitas harga konsumen.

Pada umumnya sensitivitas harga sebagian besar dirasakan pada kalangan masyarakat menengah kebawah, konsumen menengah kebawah sangat peka akan harga dan alternatif produk. Para konsumen ini biasanya membeli produk pada saat produk tersebut ditawarkan dengan harga yang lebih murah. Namun lain halnya bagi masyarakat menengah keatas yang mempunyai persepsi sendiri tentang harga, dimana mereka menilai harga yang mahal mengidentifikasikan kualitas dari produk tersebut.

Jika sebuah merek memiliki pencitraan  yang kuat dengan konsumen maka cenderung memiliki pangsa pasar yang lebih tinggi dan lebih mudah untuk mencapai penetrasi pasar yang lebih besar dan akan menghasilkan lebih efisien  pengeluaran biaya dalam mempromosikan produk tersebut. Penelitan dimasa depan harus lebih berkonsentrasi pada aspek karakteristik iklan yang dapat mempengaruhi sifat atau besarnya interaksi dari iklan tersebut.

Pada tahun 1950-1970 menurut Steiner iklan sangat meningkat karena adanya peran sponsor dalam pembiayaan, karena iklan tidak hanya digunakan untuk menjual produk tetapi juga kepentingan-kepentingan lainnya seperti politik.

Rating iklan bisa muncul akibat dari penilaian dari pihak konsumen yang menilai apakah iklan tersebut memiliki citra yang kuat, jadi semakin tinggi nilai rating maka kepercayaan semakin sangat tinggi, hal ini akan mempengaruhi elastisitas konsumen dalam membeli barang karena semakin konsumen percaya akan suatu produk maka daya belinya akan semakin tinggi.

Regional Differences in the Price-Elasticity of Demand for Energy

            Departement of Energy melakukan riset terhadap beberapa sumber energi diantaranya, listrik rumahan; gas alam; dan listrik industri guna mengurangi biaya dan meningkatkan efisiensi. Jika harga listrik naik maka ada tiga alternatif solusi yang dapat dilakukan : mengganti secara total, mencari substitusinya, dan  meminimalisir penggunaan listrik. Kenaikan harga tidak signifikan mempengaruhi penurunan demand. Kalaupun ada kenaikan harga, konsumen tidak dapat mengurangi pemakaian listrik secara drastis hanya dapat berhemat atau menambahkan alat yang bisa mengefisiensi penggunaan listrik, seperti termostast dan dalam jangka panjang mereka akan mengkonversi listrik dengan sumber energi lainnya. Kenaikan demand dapat dipengaruhi oleh kenaikan income, income meningkat konsumen dapat saja membeli peralatan elektronik baru sehingga meningkatkan penggunaan listriknya(demand). Elastisitas dipengaruhi dengan adanya barang substitusi dan barang komplementer. Untuk kasus ini jika harga listrik naik :

  1. Dalam jangka pendek elastisitasnya bersifat inelastis karena untuk sementara waktu konsumen tidak memiliki pilihan hanya dapat mencoba menghemat atau mengurangi penggunaan listrik dan belum banyak barang substitusinya sehingga konsumen tidak memiliki pilihan lain selain tetap menggunakannya.
  2. Dalam jangka panjang, elastisitasnya bersifat elastis karena mungkin saja telah ditemukan inovasi – inovasi baru yang dapat menjadi subsitusi listrik.

Life Insurance Demand Determinants

           Saat terjadinya krisis ekonomi, permintaan akan asuransi di Asia bersifat elastis. Hal ini disebabkan karena dengan adanya krisis, maka perekonomian terganggu dan mengurangi pendapatan masyarakat di Asia. Rendahnya pendapatan membuat standar hidup masyarakat asia pada kala itu rrendah, dengan pendapatan yang rendah mereka hanya mengutamakan untuk konsumsi.Maka perubahan harga asuransi akan sangat mempengaruhi jumlah permintaan akan asuransi.

Kemudian, dengan adanya perbaikan ekonomi setelah adanya  krisis membuat pendapatan masyarakat asia terus meningkat dan memiliki pendapatan yang cukup tinggi sehingga membuat standar hidup masyarakat semakin tinggi dan makin sadar akan pentingnya asuransi. Dengan demikian, permintaan terhadap asuransi pasca krisis ekonomi hinggga kini bersifat inelastic, atau perubahan harga asuransi tidak akan terlalu mempengaruhi jumlah permintaannya.

PLAYING WITH FIRE:  CIGARETTES, TAXES AND COMPETITION FROM THE INTERNET

           Pada, dapat disimpulkan bahwa sebelumnya para peneliti menganggap rokok itu bersifat inelastis sehingga menaikkan pajak dan dapat menghasilkan banyak pendapatan di Amerika Serikat.  Di sisi lain, rokok adalah salah satu penyebab utama masalah kesehatan di negara ini.

Dengan adanya internet, konsumen dapat membeli rokok dari negara lain atau secara online sehingga konsumen tidak perlu membayar pajak kepada negaranya. Tingkat elastistasnya juga meningkat dari -1,28 menjadi -2,09 walaupun pajak sudah di naikkan 33%. Pajak yang lebih tinggi menyebabkan penyelundupan lebih besar dan jumlah penyelundupan tambahan telah tumbuh secara signifikan dengan munculnya Internet. Karena setelah di teliti jumlah penyelundupan yang timbul dari perubahan tarif pajak negara hampir dua kali lipat karena munculnya internet.

Maka dapat disimpukan bahwa pajak rokok tdak sensitif terhadap permintaan rokok di Amerika Serikat. Dengan adanya internet juga membuat pendapatan negara menjadi kecil dan tidak mengurangi tingkat konsumen menjaga kesehatannya.

The Relative Importance of Price and Quality in Consumer Choice of Provider:  The Case of Egypt)

            Kompetisi telah menjadi kata kunci untuk mengurangi inflasi biaya dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dalam dua dekade terakhir. Negara-negara maju, seperti Amerika Serikat, Inggris, Singapura, Swedia, dan negara-negara kurang berkembang, seperti beberapa republik bekas Uni Soviet, Kolombia, Chili. Semuanya memeluk dalam reformasi sektor kesehatan baru-baru ini konsep mempromosikan kompetisi. Perawatan kesehatan itu sendiri terdiri dari dua sektor, yaitu sektor publik dan swasta. Ada dua kendala yang ditemui yaitu permintaan pasar untuk layanan dan penyediaan input. Hipotesa dari kasus yang ada di Mesir adalah, masyarakat Mesir lebih memilih sektor swasta dan rela membayar lebih tinggi demi mendapat kualitas yang terbaik. Hal itu dikarenakan penghasilan masyarakat Mesir yang rata-rata sudah mencukupi.

Jika penyedia melakukan penurunan harga maka akan ada pengorbanan kualitas. Sebaliknya, jika penyedia meningkatkan kualitas maka akan ada pengorbanan harga yang lebih tinggi untuk meningkatkan layanan atau penambahan teknologi. Ada pula asumsi yang dapat diberikan adalah penyedia terlibat dalam persaingan harga. Berdasarkan asumsi ini, misalnya elastisitas kualitas meningkat, maka penurunan harga kemungkinan besar dicapai dengan efisiensi. Tapi kalau permintaannya inelastis, persaingan harga dapat menyebabkan kualitas yang rendah. Lain halnya jika penyedia cenderung lebih dalam persaingan kualitas, hal itu akan sangat penting untuk memahami aspek-aspek yang diinginkan konsumen. Jika konsumen responsif terhadap aspek kualitas yang meningkatkan hasil kesehatan, pemerintah mungkin lebih mengandalkan kekuatan pasar untuk menjamin kualitas layanan.

Pada jurnal ini ada hipotesa proporsi relative bawha sector swasta memegang angka lebih tinggi dan rela membayar lebih tinggi dibandingkan memilih sector publik yang kualitasnya terhitung rendah. Setelah itu pada penelitiannya ditemukan bahwa pasien lebih responsive pada perubahan kualitas daripada perubahan harga. Ini disebabkan karena yang dibahas disini adalah sector kesehatan yang mempertaruhkan nyawa, maka pengorbanan berupa materipun rela dilakukan. Selain itu pada penelitian terdalulu juga ditemukan bahwa elastisitas pendapatan pengeluaran perawatan kesehatan > 1 , dimana itu berarti bersifat elastis. Ini berarti seiring dengan bertambahnya pendapatan, maka porsi dari pendapatan juga akan lebih besar untuk pergi ke pelayanan kesehatan.

Tetapi hal ini tidak berlaku rata pada seluruh kalangan masyarakat, walaupun rata-rata masyarakat memang lebih responsive terhadap peningkatan kualitas, ini dikarenakan ada dua golongan income masyarakat, seperti dijelaskan dibawah ini.

High income      high price    high quality    high demand

Masyarakat

Low income   low price   low quality    high demand

Indikasi dari kualitas ini terbagi menjadi dua, yaitu:

  • Indikasi kualitas : kualitas dokter dan obat.
  • Indikasi intrapersonal : kualitas pelayanan, teknologi, kenyamanan, dll.

Jika sector publik ingin dapat bersaing dengan sector swasta maka mereka harus bisa manjamin kualitas layanan dengan baik, atai jika tidak sasaran mereka untuk pangsa pasar harus lebih dispesifikasi lagi dengan menyasar masyarakat miskin yang memang belum mampu untuk melakukan pelayanan kesehatan dengan kualitas tinggi yang meminta biaya tinggi pada sector swasta.

Perusahaan Bahan Bakar di Swiss

Efek jangka panjang dari kenaikan harga bahan bakar.

Penelitian ini meneliti efek jangka panjang dari kenaikan harga bahan bakar.

Dilakukan experiment-experiment :

SP-1 : Dampak Perubahan Harga atas Kepemilikan Kendaraan

Hasil : bahwa dengan naiknya harga bbm, masyarakat mengubah pola pikir mereka. Mereka menjadi enggan untuk memakai kendaraannya atau membeli kendaraan.

SP-2: Harga Bahan Bakar di Wilayah Tertentu

Hasil : bahwa ada perbedaan harga di wilayah pedesaaan dan perkotaan. Yaitu harga di perkotaaan lebih mahal daripada di pedesaan. Karena bedanya tingkat permintaan.

SP-3: Efek Perubahan Harga di 2 Wilayah yang Berbeda

Hasil: di 2 wilayah yang berbeda, antara perdesaan dan perkotaan efek perubahan harga terjadi  karena sifat elastisitas di perkotaan bersifat elastis karena populasi di perkotaan lebih besar sedangkan di pedesaan bersifat in-elastis karena populasi masyarakatnya yang kecil.

Esensi :

Efek jangka panjang yang akan terjadi adalah kemungkinan pendapatan substansian dalam  biaya transportasi terutama dalam harga BBM membuat orang bereaksi mengatur jarak tempuh dan mengubah jenis mobil dan memilih mesin yang lebih kecil atau lebih hemat bahan bakar seperti mobil hibrida/ diesel.

Untuk jangka panjang, elastisitas harga bensin berkisar antara -0,14 sampai -0,54 dan diesel 0,32. diesel disini merupakan bahan pengganti yang disebabkan oleh responden yang mengganti mobil BBMnya jadi mobil diesel.

Harga BBM naik tidak berarti menaikan atau menurunkan permintaan dari BBM tersebut, masyarakat lebih melihat efisiensi dari penggunaan bahan bakar yaitu dengan menggantinya dengan diesel.

Determinants of Indonesian Palm Oil Export: Price and Income Elasticity Estimation

Indonesia adalah produsen dan eksportir terbesar minyak sawit di dunia karena berhasil menguasai 46% pangsa pasar minyak sawit dunia. Sebagian besar dari produksinya diekspor. Sehingga, memperkirakan elastisitas harga dan elastisitas pendapatan dari permintaan untuk ekspor minyak sawit Indonesia sangat penting. Hal itu terlihat jika dibandingkan dengan negara-negara lain seperti Malaysia, Indonesia mengekspor minyak sawit lebih banyak di banding dengan negara Malaysia dikarenakan factor lahan di Indonesia yang lebih luas dan memungkinkan untuk di tanami kelapa sawit lebih banyak.  Melalui penelitian ini, elastisitas harga dan elastisitas pendapatan dari permintaan ekspor minyak sawit Indonesia adalah inelastic baik untuk jangka pendek dan jangka panjang. Jangka pendek untuk ekspor sebesar 0,54 dan untuk income sebesar 0,61. Serta jangka panjang untuk ekspor sebesar 0,41 dan untuk income sebesar 0,49. Temuan ini sesuai dengan teori pada pangsa pasar, alokasi anggaran, dan penggunaan dari minyak sawit sebagai bahan baku untuk barang-barang seperti kosmetik, minyak goreng, margarine, dan ketersediaan dari barang substitusi untuk ekspor minyak sawit Indonesia. Temuan ini penting untuk:

(1)  strategi pemasaran seperti diferensiasi produk (produk dengan nilai tambah) sehingga menciptakan layanan khusus untuk konsumen yang loyal dan meningkatkan standar kualitas

(2)   kebijakan pemerintah (kebijakan perdagangan dan peraturan domestic) harus diterapkan    oleh pemerintah Indonesia untuk mendukung ekspansi minyak sawit di Indonesia

Pajak ekspor adalah salah satu dari kebijakan yang diterapkan oleh Indonesia untuk minyak sawit agar mengendalikan harga minyak goreng local. Untuk kebijakan domestic dapat diterapkan dalam berbagai bentuk seperti subsidi produksi, program insentif pada penelitian diferensiasi produk (produk bernilai tambah), dan meningkatkan standar kualitas untuk ekspor minyak sawit Indonesia. Di masa yang akan datang, terdapat kebutuhan untuk menganalisis elastisitas harga dan elastisitas pendapatan dari produk-produk yang menggunakan minyak sawit sebagai bahan baku, terfokus pada sektor-sektor yang berlainan (perbedaan antara CPO dan minyak sawit murni) pada kasus-kasus negara pengimpor yang lebih spesifik dan menganalisa dalam penawaran ekspor dan model-model yang simultan.

Inelastis pada minyak sawit terjadi karena:

  1. Efek barang substitusi terhadap perubahan harga tidak terlalu besar
  2. Pilihan produk-produk lainnya sebagai barang pengganti jumlahnya tidak banyak

THE IMPACT OF FOOD PRICES ON CONSUMPTION: A SYSTEMATIC REVIEW OF REASERCH ON THE PRICE ELASTICITY OF DEMAND FOR FOOD

Penelitian ini bertujuan untuk memberkan ringkasan mengenai elasitas permintaan harga dan perilaku konsumen Amerika Serikat.

Fenomena yang terjadi di Amerika adalah elastisitas permintaan harga pada makanan tidak sehat lebih tinggi dari pada makanan sehat. Berdasarkan studi,31% yang memberikan perkiraan elastisitas harga daging sapi, 29% untuk daging babi, 14% untuk unggas, 10% untuk ikan, 15% untuk susu, 12% untuk keju, untuk sereal 12%, dan untuk buah dan sayuran 11%. Dari sini terlihat bahwa konsumsi pada makanan tidak sehat lebih tinggi dari pada makanan sehat.

Dalam menyelesaikan hal ini, peneliti berusaha menghubungkan pemberlakuan pajak dan subsidi untuk menganalisis dampaknya terhadap harga bahan makanan. Dengan menetapkan sejumlah pajak kepada bahan makanan yang kurang sehat, maka diharapkan permintaan akan bahan makanan yang kurang sehat menurun seiring dengan kenaikan harga karena pajak. Sebaliknya subsidi diberikan kepada bahan makanan sehat dengan tujuan untuk menurunkan harga sehingga permintaan akan bahan makanan sehat dapat meningkat, sehingga diharapkan dapat mengubah gaya hidup masyarakat Amerika Serikat menjadi lebih baik.

Dengan pemberlakuan subsidi terhadap harga buah buahan dan sayur mayur menyebabkan penurunan harga sebesar 10%, dan berhasil meningkatkan permintaan akan buah dan sayur sebesar 7,0% untuk buah dan 5,8% untuk sayur, besarnya penurunan harga rupanya tidak meningkatkan permintaan secara signifikan sehingga harga buah dan sayur dikatakan inelastis.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah, bahwa walaupun subsidi telah diberikan, pada kenyataannya tidak dapat meningkatkan peningkatan permintaan secara signifikan, dari kasus tersebut dapat diasumsikan bahwa, harga bukanlah satu satunya faktor yang dapat menyebabkan buruknya gaya hidup sebagian masyarakat di Amerika serikat yang dinilai dari tingginya konsumsi bahan makanan tidak sehat seperti fast food, namun ada hal lain yang mempengaruhi, salah satunya ialah gaya hidup. Orang orang di Negara maju cenderung memilih bahan makanan cepat saji dengan alasan efisiensi, sehingga meskipun harga dirubah, tetap saja tidak akan mempengaruhi permintaan akan barang barang tersebut, sehingga sayuran dan buah buahan yang tergolong bahan makanan sehat bersifat inelastic.

Trade Liberalization and Labor Demand Elasticity in Indian Manufacturing

Elastisitas permintaan tenaga kerja di industry India meningkat karena adanya liberalisasi perdagangan. Hal itu berdasarkan survei tahunan data industri pada 1980-81 ke 1997-98 dan tren dalam elastisitas dianalisa menggunakan data 1973-74 ke 2003-04. Hal ini juga dikuatkan oleh hasil ekonometrik penelitian yang serupa, dan menunjukan bahwa liberalisasi perdagangan memiliki dampak positif pada elastisitas permintaan tenaga kerja di industry india. Elastisitas permintaan tenaga kerja di industri pascareformasi lebih rendah dalam hal ini ialah minimumnya lapangan pekerjaan yang tidak dapat meresap semua labor maka dari itu tingkat labor mengalami kenaikan pada masa pascareformasi. Hal ini disebabkan karena ukuran yang signifikan untuk liberalisasi perdagangan dan melemahnya kekuasaan serikat buruh.

labor  naik, turun, naik  jadi tampak ada kecenderungan penurunan elastisitas permintaan tenaga kerja di industry india pada periode pra-reformasi. Penurunan elastisitas permintaan tenaga kerja ini dikarenakan penurunan biaya tenaga kerja dalam total biaya produksi.

y output à dari periode ke periode mengalami penurunan

wages dari periode ke periode mengalami penurunan. Penurunan itu dikarenakan adanya pembatasan kuantitatif atas impor manufactur di periode pasca reformasi.

liberalisasi perdagangan menunjukan efek positif terhadap elastisitas permintaan tenaga kerja tetapi jika dilihat berdasarkan fungsi kerja, hal itu tidak menunjukan peningkatan elastisitas permintaan tenaga kerja pada masa pasca-reformasi dibandingkan dengan periode sebelum reformasi.

Ada alasan untuk percaya bahwa liberalisasi perdagangan akan menyebabkan peningkatan (nilai absolut )yaitu elastisitas permintaan tenaga kerja terhadap tingkat upah. Peningkatan didalilkan dalam elastisitas permintaan tenaga kerja yang timbul dari liberalisasi perdagangan memiliki implikasi penting bagi hasil pasar tenaga kerja, terutama di negara berkembang.

peningkatan elastisitas permintaan tenaga kerja akan menyebabkan guncangan pekerjaan dan upah yang lebih besar berasal dari guncangan dalam produktivitas atau permintaan output. Juga, ketidakstabilan yang lebih besar dalam pekerjaan dan upah akan menyebabkan penurunan daya tawar buruh serta modal dalam pembagian keuntungan .

Hal ini dapat dilacak ke efek substitusi dan efek skala (Hasan et al., 2007). Dalam kondisi persaingan, elastisitas permintaan tenaga kerja dari suatu perusahaan tergantung pada:(a) elastisitas substitusi itu seperti input tenaga kerja dan lainnya, (b) elastisitas harga permintaan untuk produk yang dihasilkan oleh perusahaan, dan (c) pangsa biaya tenaga kerja dalam total biaya produksi. Liberalisasi perdagangan diperkirakan akan menaikkanelastisitas substitusi antara input tenaga kerja dan lainnya sejak biaya antara yang lebih dan lebih baik menjadi tersedia.

Liberalisasi perdagangan dapat menyebabkan penurunan pangsa biaya tenaga kerja karena barang produksi yg setengah jadi atau belum dirakit produk dapat diimpor oleh perusahaan industri untuk digunakan dalam proses produksi bukan manufaktur dari tahap bahan baku, dan ini dapat menetralisir efek peningkatan elastisitas substitusi antara input dan elastisitas harga meningkatnya permintaan untuk produk-produk dari perusahaan industri dalam negeri. Studi yang dilakukan untuk negara berkembang, pada umumnya, tidak menemukan dukungan empiris  bahwa liberalisasi perdagangan meningkatkanelastisitas permintaan tenaga kerja di industry.

Model dan variabel

Model yang digunakan untuk analisis ekonometrik dalam Bagian 3 mirip dengan salah satu spesifikasi yang digunakan oleh Hasan, dkk. (2007). Hal ini ditunjukkan di bawah ini.

(1) … L = f (L-1, w, w * TR, w * QR, Y).

Dalam persamaan di atas, L adalah tenaga kerja, L-1 tenaga kerja dengan satu lag tahun, w tingkat upah riil(upah produk), tingkat TR tarif, pembatasan kuantitatif QR (impor coverage ratio), dan output Y (nilai bruto riilditambahkan). Sebuah spesifikasi log-linier digunakan. Dengan demikian, persamaan diperkirakan dapat ditulis sebagai:

(2) … ln (L) = a + b 1 ln (L-1) + b 2 ln (w) + b 3 ln (w) * TR + b 4 ln (w) * QR + b 5 ln (Y ) + u.
di mana u adalah istilah kesalahan acak.

Deflasi dari nilai tambah bruto yang telah dilakukan dengan indeks harga grosir (indeks terbaik yang dapat diperoleh dari seri resmi). Jumlah orang yang terlibat diambil sebagai ukuran tenaga kerja. Tingkat upah dihitung dengan membagi honorarium total jumlah orang yang terlibat. Tingkat upah sehingga dihitung untuksetiap industri dikurangi dengan indeks harga grosir yang telah digunakan untuk menurunkan nilai tambah bruto industri untuk mendapatkan tingkat upah produk.

Kesimpulan

liberalisasi perdagangan meningkatkan elastisitas permintaan tenaga kerja. liberalisasi perdagangan memiliki dampak positif pada elastisitas permintaan tenaga kerja di industri India, elastisitas taksiran masa pasca-reformasi ini ditemukan lebih rendah dari itu untuk periode pra-reformasi. Pemeriksaan yang mendekati data ini menunjukkan bahwa ada kecenderungan penurunan elastisitas permintaan tenaga kerja di industri India di masa pra-reformasi, yang berlangsung selama beberapa tahun bahkan setelah mulai reformasi. Tampaknya tren penurunan elastisitas permintaan tenaga kerja ditangkap dan terbalik sejak pertengahan 1990-an.

Mungkin efek dari reformasi perdagangani lebih kuat pada pertengahan 1990-an. peningkatan yang diamati dalam elastisitas permintaan tenaga kerja pada periode setelah pertengahan 1990-an disebabkan dalam ukuran yang signifikan

terhadap liberalisasi perdagangan.Juga, faktor lain seperti melemahnya kekuatan serikat dagang yang mungkin telah memberi kontribusi padakenaikan elastisitas permintaan tenaga kerja setelah pertengahan 1990-an.

Jadi, Perdagangan bebas dan permintaan tenaga kerja di Industry india adlah elastis  karena permintaan akan tenaga kerja di India pada masa pasca reformasi mengalami peningkatan sedangkan biaya atau gaji untuk tenaga kerja selalu mengalami penunan..

#intinya : elastisitas tenaga kerja yang ada di praformasi dan di pascareformasi berbanding terbalik dan penurunan biaya tenaga kerja berbanding tidak sama dengan jumlah labor yang mengalami kenaikan pada pascareformasi.

# elastis, karena permintaan akan tenaga kerja pada masa pascareformasi mengalami peningkatan sedangkan biaya tenaga kerja selalu mengalami penurunan.

Elastis karena pada zaman sekarang labor diganti oleh mesin, jadi menyebabkan tingkat pengangguran yang ada.

Read Full Post »

Sunk Cost

Definisi Sunk Cost

Sunk cost adalah biaya yang telah dikeluarkan dan tidak dapat dipulihkan kembali. Sebelum dikeluarkan, sunk cost termasuk ke dalam bagian opportunity cost(sebagai dana cadangan atau lainnya) dan tidak relevan terhadap pengambilan keputusan di masa depan. Istilah ini berasal dari industri minyak dimana keputusan untuk menghentikan atau melanjutkan pengoperasian sumur minyak dibuat atas dasar arus kas yang diharapkan dan tidak berdasarkan pada banyak uang dihabiskan dalam pengeboran itu. Hal ini biasa disebut dengan biaya tertanam(embedded cost), biaya tahun sebelumnya(prior year cost), biaya terdampar(stranded cost), atau modal tenggelam(sunk cost)

The sunk cost effect refers to a tendency to continue an endeavour once an investment in money, effort or time has been made (Arkes & Blumer, 1985), in the face of being more “economical” not continuing it at present. This effect is also known as the “Concorde fallacy”, or the “Don’t waste rule”.

Efek sunk cost mengacu pada kecenderungan untuk terus berinvestasi dalam uang, usaha, atau waktu yang telah ada (Arkes & Blumer, 1985), pada faktanya agar lebih ekonomis, sunk cost tidak lagi digunakan saat ini. Efek ini juga dikenal sebagai “kekeliruan Concorde”, atau “Jangan buang aturan”

Dalam pengambilan keputusan bisnis, sunk cost adalah biaya retrospektif yang telah dikeluarkan dan tidak dapat dipulihkan. Sunk cost kontras dengan biaya prospektif, biaya masa depan yang mungkin timbul atau berubah jika suatu tindakan diambil. Biaya retrospektif dan prospektif dapat bersifat tetap (artinya tidak tergantung pada volume kegiatan ekonomi, namun dapat diukur) atau bersifat variabel (tergantung pada volume).

Dalam ekonomi mikro, hanya biaya prospektif yang relevan dengan keputusan investasi. Jika sunk cost dimasukkan dalam pengambilan keputusan, maka hal itu tidak rasional untuk menilai keputusan karena terlalu subjektif. Pembuat keputusan dapat membuat keputusan sesuai dengan inisiatif mereka sendiri sehingga mereka bisa mendikte keputusan yang berbeda dan belum tentu efisien. Sunk cost tidak mempengaruhi dalam pengambilan keputusan karena dalam pembuatan keputusan, manusia dapat saja menerima atau menolak sehingga bisa saja mereka bertindak tidak rasional ketika membuat keputusan.

Sunk cost tidak mempengaruhi apakah pilihan si pembuat keputusan rasional atau tidak, hingga pembuat keputusan mengelola sumber dayanya sehingga ada calon biaya, yaitu biaya masa depan yang dapat dihindari atau benar termasuk dalam setiap proses pengambilan keputusan.

Contoh: jika Anda mempertimbangkan membeli tiket preordering film, namun belum benar-benar membeli, hal itu termasuk calon biaya sehingga dapat dihindari(tidak membeli) dan jika harga tiket naik, Anda harus memasukkan perubahan biaya dalam pertimbangan pembuatan keputusan dan mengevaluasi kembali keputusan sebelumnya.

Para ekonom berpendapat bahwa sunk cost tidak diperhitungkan dalam pembuatan keputusan yang rasional. Dalam kasus tiket film, jika tiket telah dibeli dan pembeli ternyata tidak menyukai film tersebut, maka ada dua kemungkinan tindakan:

  1. Tetap menonton, atau
  2. Batal menonton dan memilih aktivitas lain yang lebih diminati.

Dalam kedua kasus, pembeli telah membayar harga tiket sehingga bagian dari keputusan tidak lagi mempengaruhi masa depan. Jika pembeli menyesal membeli tiket, keputusan saat ini harus didasarkan pada apakah ia ingin melihat film atau tidak. Ekonom ingin menunjukkan bahwa kedua pilihan sama merugikan, pilihan pertama Anda sudah rugi biaya dan waktu sedangkan pilihab kedua Anda hanya rugi biaya, tetapi waktu Anda dapat digunakan untuk hal yang Anda minati.

Sunk cost dapat menyebabkan biaya over-run. Perilaku ekonomi sering mempengaruhi keputusan ekonomi karena loss aversion: harga yang dibayarkan menjadi patokan untuk nilai, sedangkan harga yang dibayar harus relevan. Hal ini dianggap perilaku irasional. Para ekonom mencoba menunjukkan bahwa kekeliruan sunk cost dan loss aversion umum terjadi karena irasionalitas.

Dua fitur khusus karakteristik sunk cost adalah:

  1. Bias probabilitas terlalu optimis, dimana setelah investasi-evaluasi, investasi diyakini akan membuat dividen meningkat.
  2. Diperlukan tanggung jawab pribadi. Sunk cost yang muncul membuat si pengambil keputusan merasa bertanggung jawab atas kerugian yang ditimbulkan.

Banyak orang memiliki keraguan tentang “membuang” sumber daya (loss aversion). Dalam contoh di atas, tiket film tidak dapat dikembalikan, kebanyakan orang akan merasa berkewajiban untuk pergi ke bioskop meskipun tidak benar-benar meninginkannya, karena merasa menyia-nyiakan biaya yang telah dikeluarkan dan tidak mungkin kembali. Para ekonom menyebutkan perilaku ini “irasional”: tidak efisien karena salah mengalokasikan sumber daya dengan bergantung pada informasi yang tidak relevan dengan keputusan yang telah dibuat. Bahasa sehari-hari, ini dikenal sebagai “membuang uang baik setelah buruk”.

Faktanya sunk cost sering digunakan ketika menganalisis keputusan bisnis, contohnya biaya promosi, biaya riset and development. Pemasaran(promosi) serta riset dan pengembangan pasti menimbulkan biaya yang biasanya tidak bisa dipulihkan. Setelah dikeluarkan, biaya tersebut hangus dan seharusnya tidak mempengaruhi keputusan harga masa depan. Kesalahan tersebut dalam game theory dikenal sebagai “Kekeliruan Concorde”.

Dilema Sunk Cost

Sunk cost tidak dipertimbangkan dalam pembuatan keputusan karena dapat menyebabkan keputusan irasional. Situasi ini dapat digambarkan dengan teori permainan pendekatan untuk 1-player game.

Bygones Principal adalah teori ekonomi yang digunakan dalam bisnis. Teori ini menekankan pentingnya mengabaikan biaya masa lalu dan hanya mempertimbangkan biaya masa depan serta manfaatnya ketika membuat keputusan. Hal ini menunnjukkan ketika membuat keputusan, seseorang harus melakukan perhitungan matang dari biaya tambahan akan dikenakan dan berapa besar manfaatnya  terhadap keuntungan ekstra.

Contoh

Pada akhir 1980-an, PLTN USA belum siap beroperasi setelah menghabiskan miliaran dolar. Dari sudut pandang ekonomi, milyaran dolar dari investasi masa lalu tidak termasuk dalam pertimbangan untuk pengambilan keputusan. Pass Principal menyatakan bahwa milyaran dolar dari biaya masa lalu tidak relevan lagi. Dari sudut pandang ekonomi, relevansi menyangkut biaya masa depan dan manfaat – yaitu, manfaat ekonomi dari listrik yang akan dihasilkan. Jadi dalam perhitungan ini sunk cost miliaran dolar tadi tidak relevan untuk biaya masa depan dan manfaat sehingga sunk cost tersebut diabaikan. Biaya masa depan PLTN akan lebih kecil. Sebuah analisis murni ekonomi menyimpulkan bahwa cara tersebut paling efisien untuk menyelesaikan konstruksi dan membuka PLTN. Namun, karena berbagai alasan, termasuk sunk cost, pabrik itu ditutup pada tahun 1989 tanpa pernah menghasilkan tenaga listrik komersial.

 

Sunk-Cost Tidak Masuk Perhitungan
Cash flow yang boleh diperhitungkan dalam analisa capital budgeting hanyalah cash flow yang terpengaruh dari hasil keputusan capital budgeting tersebut. Sunk cost adalah biaya yang sudah terjadi di masa lalu dan tidak akan muncul lagi dari suatu proyek atau investasi baru. Oleh karena itu, menjadi tidak relevan untuk memperhitungkan sunk cost dalam suatu analisa capital budgeting, karena biayanya sudah terjadi sementara keputusan investasi yang diambil baru akan terjadi di masa depan.

Misalnya: ketika suatu perusahaan melakukan riset pasar (riset and development) terhadap produknya maka semua biaya yang dikeluarkan untuk riset tersebut adalah sunk cost sehingga ketika melakukan evaluasi capital budgeting sebelum produksi dijalankan, sunk cost tersebut tidak diikutsertakan dalam perhitungan, karena memang biayanya sudah terjadi dan tidak akan terjadi lagi di masa depan.

Referensi :

http://managementfile.com/column.php?id=1413&page=finance

http://mit.dspace.org/bitstream/handle/1721.1/7384/4457-04.pdf?sequence=1

http://en.wikipedia.org/wiki/Sunk_costs

http://www.businessdictionary.com/definition/sunk-cost.html#ixzz1lJqVvPTP

 

Read Full Post »

Analisis Jurnal

TUGAS TEORI EKONOMI 2

ANALISIS JURNAL

1. Jurnal                   :

Judul                   : Faktor Penentu Tingkat Efisiensi Teknik Usaha Tani Cabai Merah Di Kecamatan Selupu Rejang, Kabupaten Rejang Lebong

Pengarang          : Ketut Sukiyono

Tahun                 : 2005

2. Tema                   : Menganalisa Faktor-Faktor Penentu Efisiensi Teknik Usaha Tani(Cabai Merah)

3. Latar Belakang Masalah :

Fenomena                      : Efisiensi, baik efisiensi teknik, alokatif masukan maupun keluaran merupakan salah satu indikator penilaian kinerja usaha tani. Pencapaian efisiensi teknik akan meningkatkan tingkat kompetitif dan keuntungan suatu usaha tani. Suatu usaha tani dapat dikatakan efisien secara ekonomi setelah ia mencapai efisiensi teknik.

Riset Terdahulu              : Morrison(2000) yang meneliti di Slovakia menemukan ada hubungan yang positif antara luas usaha tani dengan efisiensi teknik. Variasi efisiensi usaha tani juga dipengaruhi oleh lokasi usaha tani dan karakteristik lingkungan. Lokasi usaha tani menjadi penting karena setiap kegiatan usaha tani memerlukan kondisi iklim, ketinggian, dan kualitas tanah yang sesuai. Brummer(2001) melaporkan bahwa usaha tani di Slovakia kurang efisien jika diusahakan di atas ketinggian lebih dari 600 meter. Morrison(2000) menemukan bahwa agroklimat mempunyai dampak yang nyata terhadap efisiensi teknik di Slovakia. Dalam penelitiannya di Venezuela, Ortega et al. (2002) menemukan bahwa luas usaha tani, produksi, pengalaman, sistem produksi, penyuluhan pertanian, kredit usaha tani, status lahan, dan pendidikan adalah faktor- faktor yang mempengaruhi tingkat efisiensi teknik.

Motivasi Penelitian        : Tujuan utama penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat efisiensi teknik usahatani cabai merah di lokasi penelitian.

4. Metodologi                      :

Data                               : data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data survai yang dilakukan Sariani(2004) pada usaha tani Cabai Merah di dua desa di Kecamatan Selupu Rejamg, Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu pada tahun 2003. Kedua desa ini adalah Desa Air Putih Kali Bandung dan Desa Sumber Urip yang dipilih karena pertimbangan jumlah populasi dan jarak terhadap pasar kabupaten. Enam puluh responden dipilih dengan menggunakan metode sampling acak sederhana.

Variabel                         : Variabel data dikumpulkan guna menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat efisiensi teknik usaha tani cabai merah, antaralain : data produksi, jumlah masukan yang digunakan seperti pupuk organik maupun anorganik, tenaga kerja yang disetarakan tenaga kerja pria, dan pestisida selama musim tanam.

Metode Penelitian         : metode pendekatan yang digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi teknik adalah metode parametrik dengan pendekatan fungsi produksi frontier.

5. Hasil dan Analisis

Rata-rata produksi cabai merah per usaha tani di daerah penelitian sebanyak 2666,80kg dengan luas usaha tani rata-rata 0,42ha serta penggunaan benih sebanyak 0,33kg. Semua petani menggunakan pupuk organic maupun anorganik dalam usaha taninya. Selain pupuk petani juga menggunakan pestisida maupun herbisida yang dikonversikan dengan harga pestisida tetrin rata-rata sebesar 1,5Liter dengan jumlah tenaga kerja yang diturunkan sebanyak 30,43 Hari Kerja Setara Pria per usaha tani. Parameter jumlah benih, jumlah pupuk, tenaga kerja, luas area, dan pestisida yang digunakan berpengaruh besar terhadap jumlah produksi cabai. Namun jumlah pupuk dan tenaga kerja berpengaruh negatif terhadap hasil produksi. Melalui uji Likelihood Ratio Test, diketahui bahwa semua usaha tani cabai merah yang dilakukan oleh petani di Kecamatan Selupu Rejang 100 persen efisien. Faktor pengalaman dan lama usaha tani tidak selalu berkorelasi positif terhadap efisiensi teknik usaha tani. Dari peneitian ini tercermin bahwa para petani kekurangan modal karena mereka masih menggunakan pupuk di bawah dosis yang direkomendasikan.

6. Kesimpulan dan Rekomendasi

Penelitian ini telah menduga model produksi frontier stokastik yang sekaligus menduga efisiensi teknik usaha tani yang dilakukan petani cabai merah di Kecamatan Rejang Lebong. Hasil dugaan fungsi produksi menunjukkan bahwa hamper semua peubah mempunyai tanda yang sesuai harapan kecuali untuk peubah pupuk dan tenaga kerja yang mempunyai tanda negatif . Tingkat efisiensi teknik usaha tani pada daerah penelitian cukup tinggi.

Implikasi kebijakan dari temuan-temuan tersebut adalah peningkatan efisiensi teknik yang dicapai melaui kebijakan yang lebih terfokus pada ukuran usaha tani, teknik budidaya dan produktivitas tenaga kerja. Untuk itu diperlukan peranan pemerintah dalam memberikan penyuluhan bagi para petani cabai merah supaya mereka semakin efisien dalam berproduksi.

 

Referensi Jurnal : http://pse.litbang.deptan.go.id/ind/pdffiles/JAE%2023-2d

Read Full Post »

Marginal Utility, Marginal Cost, dan Marginal Revenue

 

Marginal Utility

Perilaku konsumen dapat diukur dengan menggunakan pendekatan marginal utility. Marginal utility adalah tambahan kepuasan yang diperoleh konsumen karena menambah satu unit output yang dikonsumsi

Perilaku konsumen(pendekatan marginal) diukur berdasarkan pada 3 asumsi :

1. Utility bisa diukur dengan uang atau satuan lainnya

Kurva di atas menunjukkan dari konsumsi suatu barang X , semakin banyak barang X yang dikonsumsi maka semakin kecil marginal utility(MU) yang diperoleh dari barang X yang terakhir dikonsumsi(hukum Gossen).

2. Hukum Gossen (law of diminishing return) berlaku,

Law of Diminishing Return :
“Nilai guna tambahan  yang akan diperoleh seseorang dari mengkonsumsi suatu barang akan menjadi semakin sedikit apabila orang tersebut terus menerus menambah konsumsinya dan pada akhirnya tambahan nilai guna tersebut akan menjadi negative”

Jadi semakin banyak barang dikonsumsi maka tam­bahan kepuasan (marginal utility) yang diperoleh dari setiap satuan tambahan yang dikonsumsikan akan menurun.

Contoh :

Saat Anda merasa haus lalu Anda membeli minuman dingin, setelah minum satu botol mungkin haus Anda sudah berkurang . Setelah itu Anda tambah lagi satu botol maka dari botol kedua Anda memperoleh marginal utility, dan seterusnya Anda akan mendapatkan marginal utility dari setiap botol yang Anda minum namun pada titik tertentu, mungkin botol kelima Anda sudah merasa kembung tetapi tetap minum. Di sinilah terjadi penurunan marginal utility, karena Anda sudah tidak haus lagi tetapi menjadi mual.

3. Konsumen selalu berusaha mencapai kepuasan total yang maksimum.

Dengan pendapatan yang terbatas, kepuasan maksimum dapat dicapai bila konsumen bertindak menurut hukum utilitas marjinal yang seimbang :

“Permintaan atas suatu barang akan terjadi sampai suatu tingkat dimana utilitas marjinal per rupiah yang dibelanjakan untuk itu telah sama dengan utilitas marjinal per rupiah yang dibelanjakan untuk barang lain.”

 

Marginal Cost

Marginal Cost adalah bertambahnya biaya total dikarenakan adanya penambahan output untuk diproduksi. Oleh karena itu, dalam jangka pendek kurva biaya per satuan (AC) maupun kurva biaya variabel per satuan (AVC) berbentuk seperti U karena pada saat tertentu dengan bertambahnya produksi maka biaya persatuan semakin naik.

Marginal Revenue
Output atau hasil produksi dijual dipasar sehingga produsen memperoleh pendapatan(Revenue).
Marginal Revenue adalah kenaikan atau penurunan penerimaan sebagai akibat dari penambahan produksi/penjualan satu unit output.

a. Penerirnaan total (Total Revenue = TR) adalah jumlah produk dikalikan dengan harga jual per unitnya (TR = P x Q).

b. Total Revenue(TR) > Biaya total (TC), perusahaan memperoleh laba.

Sebaliknya, TR <  TC, perusahaan mengalami kerugian.

Apabila TR = TC, perusahaan tidak mengalami rugi dan juga tidak mendapatkan laba. Situasi ini disebut Break-even point atau Titik Impas.

Perusahaan dikatakan dalam keadaan mengalami “keseimbangan” (equilibrium of the firm) Bila jumlah produksi diatur sedemikian rupa sehingga perusahaan mencapai laba maksimal. Hal tertentu terjadi apabila MC = MR. Marginal Profit adalah tambahan laba yang diperoleh pada saat jumlah output yang dihasilkan atau dijual diperbesar. Marginal Profit merupakan selisih Marginal Revenue dikurangi Marginal Cost.

Referensi :

http://ramaalessandro2.multiply.com/journal/item/2

http://prospekdinar.blogspot.com/2011/08/law-of-diminishing-marginal-utility.html

http://diaswonderboy.blogspot.com/2010/05/cost-revenue-dan-laba-rugi.html

http://bayu96ekonomos.wordpress.com/modul-sim/modul-pe-mikro/

 

Read Full Post »